Istilah tsunami
berasal dari bahasa Jepang. Tsu berarti "pelabuhan", dan nami
berarti "gelombang", sehingga tsunami dapat diartikan sebagai
"gelombang pelabuhan". Istilah ini pertama kali muncul di kalangan
nelayan Jepang. Karena panjang gelombang tsunami sangat besar, pada saat berada
di tengah laut, para nelayan tidak merasakan adanya gelombang ini. Namun
setibanya kembali ke pelabuhan, mereka mendapati wilayah di sekitar pelabuhan
tersebut rusak parah. Karena itulah mereka menyimpulkan bahwa gelombang tsunami
hanya timbul di wilayah sekitar pelabuhan, dan tidak di tengah lautan yang
dalam.
Hanya
ada beberapa bahasa lokal yang memiliki arti yang sama dengan gelombang merusak
ini. Aazhi Peralai dalam Bahasa Tamil, ië beuna atau alôn buluëk (menurut
dialek) dalam Bahasa Aceh adalah contohnya. Sebagai catatan, dalam bahasa
Tagalog versi Austronesia, bahasa utama di Filipina, alon berarti “gelombang”.
Di Pulau Simeulue, daerah pesisir barat Sumatra, Indonesia, dalam Bahasa
Defayan, smong berarti tsunami. Sementara dalam Bahasa Sigulai, emong berarti
tsunami.
Tsunami
adalah gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh macam-macam gangguan
di dasar samudra. Gangguan ini dapat berupa gempa bumi, pergeseran lempeng,
atau gunung meletus. Tsunami tidak kelihatan saat masih berada jauh di tengah
lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat
ini akan semakin membesar. Tsunami juga sering disangka sebagai gelombang air
pasang, seperti yang dijelaskan pada uraian diatas. Karena itu untuk
menghindari pemahaman yang salah, para ahli oseanografi sering menggunakan
istilah gelombang laut seismik (seismic sea wave) untuk menyebut
tsunami, yang secara ilmiah lebih akurat.
Tsunami
merupakan perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut
secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa
disebabkan antara lain oleh :
1. gempa bumi yang berpusat di bawah
laut,
2. letusan gunung berapi bawah laut,
3. longsor bawah laut,
4. atau dapat juga karena hantaman
meteor dari angkasa yang jatuh ke laut.
Gelombang ombak yang terjadi dapat merambat ke segala
arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap
fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat
merambat dengan kecepatan 500 sampai dengan 1000 km per jam, kecepatan yang
setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam
hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal
yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang
tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah
meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk
hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa
yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun
material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar dengan baik dan bijak