Rabu, 16 Januari 2013

Teori Pemekaran Lempeng Samudera


BAB I
PENDAHULUAN

1.        LATAR BELAKANG
 Teori pemekaran lantai samudera (sea floor spreading) sangat berkaitan erat dengan teori tektonik lempeng.
Untuk itu dalam membahas teori pemekaran lantai samudera, kita harus memiliki pengetahuan yang cukup pula mengenai teori tektonik lempeng. Menurut teori Tektonik Lempeng, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori Tektonik Lempeng muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudera. Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudera (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth’s mantle).
Kerak benua dan kerak samudera, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudera lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudera (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik). Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluida). Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu dengan lainnya.

2.        RUMUSAN MASALAH
A.       Apa yang di maksud dengan oemekaran lempeng samudera ?
B.       Apa penyebab terjadinya pemekaran lempeng samudera ?
C.        Apa saja akibat yang ditimbulkan dari pemekaranlempeng samudera ?

3.        TUJUAN
A.    Mengetahui apa saja yang menyababkan terjadinya pemekaran lempeng samudera.
B.     Mengetahui akibat yang ditimbulkan daari penekaran lempeng samudera.



BAB II
ISI

1.        PEMBAHASAN
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 para ahli geologis mengasumsikan bahwa komponen utama bumi telah berada dalam bentuk yang tetap, dan kebanyakan fitur geologis seperti pegunungan merupakan hasil pergerakan vertikal seperti yang dijelaskan dalam teori geosinklinal. Hipotesis pemekaran lantai samudera dikemukakan pertama kalinya oleh Harry Hess (1960) dalam tulisannya yang berjudul “Essay in Geopoetry Describing Evidence for Sea-loor Spreading”. Dalam tulisannya diuraikan mengenai bukti-bukti adanya pemekaran lantai samudera yang terjadi di pematang tengah samudera (Mid Oceanic Ridges), Guyots, serta umur kerak samudera yang lebih muda dari 180 juta tahun.
MOR (Mid-Ocean Ridge) adalah rantai gugusan gunungapi di bawah laut yang mengelilingi bumi dimana kerak bumi baru terbentuk dari leleran magma dan aktifitas gunung berapi, panjangnya lebih dari 40.000 mil (60.000 km). MOR terbentuk oleh aktivitas tektonik lempeng yang bergerak secara divergen, sehingga kekosongan pada batas dua lempeng samudera yang terpisah terisi oleh lava/magma yang menghasilkan sebuah kerak baru. Struktur yang paling menonjol di dasar samudera adalah punggungan tengah samudera (Mid-Ocean Ridge). Punggungan ini berupa tinggian yang memanjang di dasar samudera dengan puncak hingga ada yang mencapai 3.000 m di atas lantai samudera. Di bagian tengah punggungan biasanya terdapat lembah yang aktif diisi oleh lelehan magma secara terus-menerus.
Guyots atau table mount merupakan gunung bawah laut yang terisolasi dengan rata-rata tinggi lebih dari 200 m di bawah permukaan laut. Puncak guyot berbentuk datar dan berdiameter 10 km. Guyot merupakan bekas gunung api.
Hipotesa pemekaran lantai samudera pada dasarnya adalah suatu hipotesa yang menganggap bahwa bagian kulit bumi yang ada didasar samudera Atlantik tepatnya di pematang tengah samudera mengalami pemekaran yang diakibatkan oleh gaya tarikan (tensional force) yang digerakan oleh arus konveksi yang berada di bagian mantel bumi (astenosfir). Akibat dari pemekaran yang terjadi disepanjang sumbu pematang tengah samudera, maka magma yang berasal dari astenosfir kemudian naik dan membeku. Magma ini terus keluar keatas di pematang tengah samudera dan menghasilkan aliran magma yang mengalir kedua arah berbeda dan menghasilkan kekuatan yang mampu membelah pematang tengah samudera. Pada saat lantai samudera tersebut terbelah, retakan terjadi di tengah pematang dan magma yang meleleh mampu keluar dan membentuk lantai samudera yang baru. Arus konveksi yang menggerakkan lantai samudera (litosfir), pembentukan material baru di Pematang Tengah Samudera (Midoceanic ridge) dan penyusupan lantai samudera kedalam interior bumi (astenosfir) pada zona subduksi. Arus konveksi ini berfungsi sebagai penggerak dan litosfer sebagai ban berjalan (conveyor belt).
Kemudian lantai samudera tersebut bergerak menjauh dari pematang tengah samudera sampai dimana akhirnya bertemu dengan lempeng kontinen dan akan menyusup ke dalam karena berat jenisnya yang umumnya berkomposisi lebih berat dari berat jenis lempeng kontinen. Penyusupan lempeng samudera kedalam lempeng benua inilah yang menghasilkan zona subduksi atau penunjaman dan akhirnya lithosphere akan kembali menyusup ke bawah astenosphere dan terpanaskan lagi. Kejadian ini berlangsung secara terus-menerus. Dengan adanya zona penunjaman ini maka akan terbentuk palung pada sepanjang tepi paparan, dan juga akan terbentuk kepulauan sepanjang paparan benua oleh karena proses pengangkatan. Kerak samudera yang menunjam ke bawah ini akan kembali ke mantle atau jika bertemu dengan batuan benua yang mempunyai densitas sama atau lebih besar maka akan terjadi mixing antara material kerak samudera dengan benua membentuk larutan silikat pijar atau magma. (Proses mixing terjadi pada kerak benua sampai 30 km di bawah permukaan bumi). Karena sea floor spreading terus berlangsung maka jumlah magma hasil mixing yang terbentuk akan semakin besar sehingga akan menerobos batuan-batuan di atasnya sampai akhirnya muncul ke permukaan bumi membentuk deretan gunung api. Bagian lempeng masuk ke zona subduksi, memiliki kemiringan sudut sekitar 45˚. Lempeng ini terus tenggelam ke dalam astenosfer, yang karena proses waktu yang berjuta-juta tahun, disertai pemanasan yang kuat dari dalam, bagian yang menekuk ini lama kelamaan akan pecah, hancur-lebur, dan menjadi bagian dalam bumi kembali. Bagian-bagian litosfer yang bergerak, retak, runtuh inilah yang merupakan wilayah paling labil, yang menjadi salah satu penyebab terjadinya gempa, dan jalan yang lebih memungkinkan bagi magma untuk naik mencapai permukaan bumi, membangun tubuhnya menjadi gunung api
Hipotesis pemekaran lantai samudra didukung juga oleh bukti-bukti dari Frederick J. Vine dan D. H. Matthews. Vine dan Matthews berpendapat bahwa saat lava meluap dan memadat di retakan tengah samudera, lava basal mendapatkan perkutuban magnet sesuai dengan keadaan pada saat lava ini memadat. Penelitian tentang kemagnetan mendukung teori pemekaran dasar samudera. Selain itu juga didukung dengana adanya data-data hasil pengukuran kemagnetan purba (paleomagnetism) dan penentuan umur batuan (rock-dating). Kemagnetan purba adalah studi tentang polaritas arah magnet bumi yang terekam oleh mineral yang ada dalam batuan saat batuan tersebut membeku. Sebagaimana diketahui bahwa mineral-mineral yang menyusun batuan, seperti mineral magnetit akan merekam arah magnet-bumi saat mineral tersebut terbentuk, yaitu pada temperatur lebih kurang 580o C (temperatur Currie).
Hasil studi kemagnetan purba yang dilakukan terhadap sampel batuan yang diambil di bagian Pematang Tengah Samudra hingga ke bagian tepi benua menunjukkan terjadinya polaritas arah magnet bumi yang berubah rubah (normal dan reverse) dalam selang waktu setiap 400.000 tahun sekali. Polaritas arah magnet bumi yang terekam pada batuan punggung tengah samudra dapat dipakai untuk merekontruksi posisi dan proses pemisahan antara benua Amerika dan Afrika yang semula berimpit dan data ini didukung oleh hasil penentuan umur batuan yang menunjukkan umur yang semakin muda ke arah pematang tengah samudra. Hal lain yang perlu diketahui dari hipotesis pemekaran lantai samudra adalah bahwa ternyata volume bumi tetap dan tidak semakin besar dengan bertambah luasnya lantai samudera dan hal ini berarti bahwa harus ada di bagian lain dari kulit bumi dimana kerak samudera mengalami penyusupan kembali ke dalam perut bumi.




BAB III
PENUTUP


1.        KESIMPULAN

A.       Penyebab Pemekaran Lantai Samudera
Pemekaran lantai samudera terjadi ketika adanya arus konveksi yang mengakibatkan pematang tengah samudera mengalami pemekaran. Prinsip yang paling penting pada teori konveksi adalah bahwa material yang dingin dan lebih padat bergerak ke bawah, sementara material yang lebih ringan dan lebih panas naik ke atas. Arah arus ini tidak teratur, seperti pergerakan udara/awan atau pergerakan dari air yang direbus. Dalam kondisi tertentu dua arah arus yang saling bertemu bisa menghasilkan arus interferensi yang arahnya ke atas. Arus interferensi ini akan menembus kulit bumi yang berada di atasnya. Magma yang menembus ke atas karena adanya arus konveksi ini akan membentuk gugusan pegunungan yang sangat panjang dan bercabang-cabang di bawah permukaan laut yang dapat diikuti sepanjang samudera-samudera yang saling berhubungan di muka bumi. Lajur pegunungan yang berbentuk linear ini disebut dengan MOR (Mid Oceanic Ridge atau Pematang Tengah Samudera) dan merupakan tempat keluarnya material dari mantel ke dasar samudera. Kerak (kulit) samudera yang baru, terbentuk di pematang-pematang ini karena aliran material dari mantel. Batuan dasar samudera yang baru terbentuk itu lalu menyebar ke arah kedua sisi dari MOR karena desakan dari magma mantel yang terus-menerus dan juga tarikan dari gaya gesek arus mantel yang horisontal terhadap material di atasnya. Lambat laun kerak samudera yang terbentuk di pematang itu akan bergerak terus menjauh dari daerah poros pematang dan ‘mengarungi’ samudera. Gejala ini disebut dengan Pemekaran Lantai Samudera (Sea Floor Spreading).

B.       Akibat dari Pemekaran Lantai Samudera
Ø  Pegunungan tengah laut (Mid Ocean Ridges)
Ø  Aliran panas tinggi (dari magma)
Ø  Kegempaan dangkal (<70 km dibawah MOR)
Ø  Terjadinya parit samudera

2 komentar:

  1. makasih informasinya...isi blog ini sangat menarik dan kolaborasi antar ide pokok dengan gagasan tertuang dalam kekhasan tertentu. sehingga mudah di fahami.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih..semoga bermanfaat untuk kita semua...

      Hapus

silahkan berkomentar dengan baik dan bijak