BATUAN
Batuan adalah merupakan kumpulan atau agregasi dari
mineral yang sejenis atau tidak sejenis yang merupakan penyusun tubuh bumi.
Batuan dalam pengertian geologi tidak selalu berupa masa yang padat, tetapi
pasir lepas, tanah lempeng dan tanah liat.
Batuan
di klasifikasikan menjadi 3, yaitu:
A.Batuan
beku
B.Batuan
sedimen
C.Batuan
metamorf
A.
BATUAN BEKU
Batuan beku adalah batuan yang berasal
dari pembekuan magma. Bila membeku di bawah permukaan bumi, terbentuklah batuan
yang dinamakan batuan beku dalam atau disebut juga batuan beku intrusive
(sering juga dikatakan sebagai batuan beku plutonik). Sedangkan, bila magma
dapat mencapai permukaan bumi kemudian membeku, terbentuklah batuan beku luar
atau batuan beku ekstrusif.
Ø Batuan beku dalam
Magma yang membeku di bawah
permukaan bumi, pendinginannya sangat lambat (dapat mencapai jutaan tahun),
memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya,
menjadi tubuh batuan beku intrusive. Tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk
dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di
sekitarnya. Magma dapat menyusup pada batuan di sekitarnya atau menerobos
melalui rekahan-rekahan pada batuan di sekelilingnya.
Bentuk-bentuk batuan beku yang memotong struktur
batuan di sekitarnya disebut diskordan, termasuk di dalamnya adalah
1. batholit
2. stok
3. dyke
4. jenjang vulkanik
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut konkordan diantaranya adalah
1. sill
2. lakolit
3. Lopolit
1. batholit
2. stok
3. dyke
4. jenjang vulkanik
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut konkordan diantaranya adalah
1. sill
2. lakolit
3. Lopolit
Ø Batuan beku luar
Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui
rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat
dan membeku menjadi batuan ekstrusif. Keluarnya magma di permukaan bumi melalui
rekahan disebut sebagai fissure eruption. Pada umumnya magma basaltis yang
viskositasnya rendah dapat mengalir di sekitar rekahannya, menjadi hamparan
lava basalt yang disebut plateau basalt. Erupsi yang keluar melalui lubang
kepundan gunung api dinamakan erupsi sentral. Magma dapat mengalir melaui
lereng, sebagai aliran lava atau ikut tersembur ke atas bersama gas-gas sebagai
piroklastik. Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis tergantung apda
komposisi magmanya dan tempat terbentuknya.
Klasifikasi Batuan Beku
1. Tekstur
Tekstur didefinisikan
sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai bagian
dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa
dasar dari batuan.
Tekstur pada batuan beku umumnya
ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu:
A. Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu
batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam
fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan
yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan
pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka
kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya
akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali
maka kristalnya berbentuk amorf.
Dalam pembentukannnya dikenal tiga
kelas derajat kristalisasi, yaitu:
• Holokristalin,
yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin
adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku
di dekat permukaan.
• Hipokristalin,
yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi
terdiri dari massa kristal.
• Holohialin,
yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur holohialin
banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies
yang lebih kecil dari tubuh batuan.
B. Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran)
pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir,
yaitu:
1. Fanerik/fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan
ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa.
Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
- Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari
1 mm.
- Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1
- 5 mm.
- Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5
- 30 mm.
- Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter
butir lebih dari 30 mm.
2. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat
dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan
dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam
analisa mikroskopis dapat dibedakan:
- Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan
mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 - 0,01 mm.
- Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati
meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 - 0,002
mm.
C. Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam
batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua
dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
- Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli
dari bidang kristal.
- Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah
tidak terlihat lagi.
- Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang
kristal asli.
- Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat
bentuk kristal, yaitu:
- Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga
dimensinya sama panjang.
- Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih
panjang dari satu dimensi yang lain.
- Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih
panjang dari dua dimensi yang lain.
- Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
D. Hubungan Antar Kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi
didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang
lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
- Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran
kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan
kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar
mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
- Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar
mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
- Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar
mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.
- Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya
sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris
dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau
gelas.
2. Struktur
Struktur adalah kenampakan
batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari
lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat
dilapangan saja, misalnya:
• Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling
khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
• Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya
kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan
struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample),
yaitu:
• Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat
aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak
menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
• Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang
disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang
tersebut menunjukkan arah yang teratur.
• Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur
vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak
teratur.
• Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas
telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau
karbonat.
• Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya
fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
• Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif),
sedangkan struktur-struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar
(joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan magma, misalnya: columnar joint
(kekar tiang), dan sheeting joint (kekar berlembar).
3. Komposisi Mineral
Untuk menentukan komposisi
mineral pada batuan beku, cukup dengan mempergunakan indeks warna dari batuan
kristal. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
• Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang,
terutama terdiri dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
• Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap,
terutama biotit, piroksen, amphibol dan olivin.
Batuan beku dapat diklasifikasikan
berdasarkan cara terjadinya, kandungan SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian
dapat ditentukan nama batuan yang berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang
sama, menurut dasar klasifikasinya.
Klasifikasi berdasarkan cara
terjadinya, menurut Rosenbusch (1877-1976) batuan beku dibagi menjadi:
• Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di
permukaan.
• Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat
permukaan.
• Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam
bumi. Oleh W.T. Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan
effusive disebut batuan vulkanik.
Klasifikasi
berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes, 1962), yaitu:
• Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari
66%. Contohnya adalah riolit.
• Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara
52% - 66%. Contohnya adalah dasit.
• Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% -
52%. Contohnya adalah andesit.
• Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang
dari 45%. Contohnya adalah basalt.
Klasifikasi
berdasarkan indeks warna ( S.J. Shand, 1943), yaitu:
• Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30%
mineral mafik.
• Mesococtik rock, apabila mengandung 30% - 60% mineral
mafik.
• Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60%
mineral mafik.
Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948)
juga membagi batuan beku berdasarkan indeks warnanya sebagai berikut:
• Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna
kurang dari 10%.
• Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10%
sampai 40%.
• Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40%
sampai 70%.
• Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari
70%.
Contoh batuan beku
B.
BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen merupakan batuan yang terjadi akibat
peristiwa pembatuan atau litifikasi dari hancuran batuan lain (detritus) atau
litifikasi dari hasil reaksi kimia tertentu. Litifikasi (diagenesis) adalah
proses terubahnya material lepas menjadi kompak dan keras.Proses litifikasi
meliputi sementasi atau perekatan oleh SiO2, Fe2O3, atau CaCO3, kompaksi
(pemadatan), desikasi (keluarnya air dari pori-pori karena pemadatan atau
penguapan) serta kristalisasi.
Batuan sedimen dilihat dari
sebarannya di permukaan bumi menempati sekitar 75% luas permukaan bumi,
sedangkan sisamya adalah batuan beku dan sedikit batuan metamorfik.
Faktor-Faktor Yang Harus
Diperhatikan Dalam Deskripsi Batuan Sedimen
1.Warna
Secara umum warna pada
batuan sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu :
a) Warna
mineral pembentukkan batuan sedimen
Contoh
jika mineral pembentukkan batuan sedimen didominasi oleh kwarsa maka batuan
akan berwarna putih.
b) Warna
massa dasar/matrik atau warna semen.
c) Warna
material yang menyelubungi (coating material).
Contoh
batupasir kwarsa yang diselubungi oleh glaukonit akan berwarna hijau.
d)
Derajat kehalusan butir penyusunnya.
Pada batuan dengan
komposisi yang sama jika makin halus ukuran butir maka warnanya cenderung akan
lebih gelap. Warna batuan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pengendapan,
jika kondisi lingkungannya reduksi maka warna batuan menjadi lebih gelap
dibandingkan pada lingkungan oksidasi. Batuan sedimen yang banyak kandungan
material organic (organic matter) mempunyai warna yang lebih gelap.
2.Tekstur
Tekstur
batuan sediment adalah segala kenampakan yang menyangkut butir sedimen
sepertiukuran butir, bentuk butir dan orientasi. Tewkstur batuan sedimen
mempunyai arti penting karena mencerminkan proses yang telah dialamin batuan
tersebut terutama proses transportasi dan pengendapannya, tekstur juga dapat
digunakan untuk menginterpetasi lingkungan pengendapan batuan sediment. Secara
umum batuan sedimen dibedakan menjadi dua, yaitu tekstur klastik dan non
klastik.
a)
Tekstur klastik
Unsur dari tekstur klastik
fragmen, massa dasar (matrik) dan semen.
- Fragmen : Batuan yang ukurannya lebih besar daripada pasir.
- Matrik : Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen dan diendapkan bersama-sama dengan fragmen.
- Semen : Material halus yang menjadi pengikat, semen diendapkan setelah fragmen dan matrik. Semen umumnya berupa silica, kalsit, sulfat atau oksida besi.
Besar butir kristal
dibedakan menjadi : >5 mm = kasar
1-5 mm = sedang
<1 mm = halus
Jika kristalnya sangat
halus sehingga tidak dapat dibedakan disebut mikrokristalin.
Ukuran Butir
Ukuran butir yang digunakan
adalah skala Wenworth (1922), yaitu :
Ukuran Butir (mm)
|
Nama Butir
|
Nama Batuan
|
> 256
|
Bongkah (Boulder)
|
Breksi : jika fragmen
|
64-256
|
Berangkal (Couble)
|
berbentuk runcing
|
4-64
|
Kerakal (Pebble)
|
Konglomerat : jika
membulat
|
2-4
|
Kerikil (Gravel)
|
fragmen berbentuk
membulat
|
1-2
|
Pasir Sangat Kasar(Very
Coarse Sand)
|
|
1/2-1
|
Pasir Kasar (Coarse Sand)
|
|
1/4-1/2
|
Pasir Sedang (Fine Sand)
|
Batupasir
|
1/8-1/4
|
Pasir halus (Medium Sand)
|
|
1/16-1/8
|
Pasir Sangat Halus( Very
Fine Sand)
|
|
1/256-1/16
|
Lanau
|
Batulanau
|
<1/256
|
Lempung
|
Batulempung
|
Besar butir dipengaruhi
oleh :
- Jenis Pelapukan
- Jenis Transportasi
- Waktu/jarak transport
- Resistensi
Bentuk Butir
- Tingkat kebundaran butir (roundness)
Tingkat kebundaran butir
dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran butir, jenis proses transportasi dan
jarak transport (Boggs,1987. Butiran dari mineral yang resisten seperti kwarsa
dan zircon akan berbentuk kurang bundar dibandingkan butiran dari mineral
kurang resisten seperti feldspar dan pyroxene. Butiran berukuran lebih besar
daripada yang berukuran pasir. Jarak transport akan mempengaruhi tingkat
kebundaran butir dari jenis butir yang sama, makin jauh jarak transport butiran
akan makin bundar. Pembagian kebundaran :
a) Well
rounded (membundar baik)
Semua
permukaan konveks, hamper equidimensional, sferoidal.
b) Rounded
(membundar)
Pada
umumnya permukaan-permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi butiran bundar.
c) Subrounded
(membundar tanggung)
Permukaan
umumnya datar dengan ujung-ujung yang membundar.
d) Subangular (menyudut
tanggung)
Permukaan
pada umumnya datar dengan ujung-ujung tajam.
e)
Angular (menyudut)
Permukaan
konkaf dengan ujungnya yang tajam.
- Sortasi (Pemilahan)
Pemilahan
adalah keseragaman dariukuran besar butir penyusun batuan sediment, artinya
bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka, pemilahan semakin baik.
Pemilahan yaitu kesergaman butir didalam batuan sedimen klastik.bebrapa istilah
yang biasa dipergunakan dalam pemilahan batuan, yaitu :
- Sortasi baik : bila besar butir merata atau sama besar
- Sortasi buruk : bila besar butir tidak merata, terdapat matrik dan fragmen.
- Kemas (Fabric)
Didalam batuan sedimen
klastik dikenal dua macam kemas, yaitu :
- Kemas terbuka : bila butiran tidak saling bersentuhan (mengambang dalam matrik).
- Kemas tertutup : butiran saling bersentuhan satu sama lain
3.Struktur
Struktur
sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan sedimen yang
diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pembentuknya. Pembentukkannya
dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah proses pengendapan.(Pettijohn & Potter, 1964 ;
Koesomadinata , 1981)
Pada batuan sedimen dikenal
dua macam struktur, yaitu :
- Syngenetik : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen, disebut juga sebagai struktur primer.
- Epigenetik : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk seperti kekar, sesar, dan lipatan.
Macam-macam struktur primer
adalah sebagai berikut :
- Karena proses fisik
- Struktur eksternal
Terlihat pada kenampakan
morfologi dan bentuk batuan sedimen secara keseluruhan di lapangan. Contoh :
lembaran (sheet), lensa, membaji (wedge), prisma tabular.
2.
Struktur internal
Struktur ini terlihat pada
bagian dalam batuan sedimen, macam struktur internal :
a)
Perlapisan dan Laminasi
Disebut dengan perlapisan
jika tebalnya lebih dari 1 cm dan disebut laminasi jika kurang dari 1
cm.perlapisan dan laminasi batuan sedimen terbentuk karena adanya perubahan
kondisi fisik,kimia, dan biologi. Misalnya terjadi perubahan energi arus
sehingga terjadi perubahan ukuran butir yang diendapkan.
Macam-macam
perlapisan dan laminasi :
- Perlapisan/laminasi sejajar (normal)
Dimana lapisan/laminasi
batuan tersusun secara horizontal dan saling sejajar satu dengan yang lainnya.
- Perlapisan/laminasi silang siur (Cross bedding/lamination)
Perlapisan/batuan saling
potong memotong satu dengan yang lainnya.
- Graded bedding
Struktur
graded bedding merupakan struktur yang khas sekali dimana butiran makin ke atas
makin halus. Graded bedding sangat penting sekali artinya dalam penelitian
untuk menentukan yang mana atas (up) dan yang bawah (bottom) dimana yang halus
merupakan bagian atasnya sedangkan bagian yang kasar adalah bawahnya. Graded
bedding yang disebabkan oleh arus turbid,dimana fraksi halus didapatkan di
bagian atas juga tersebar di seluruh batuan tersebut. Secara genesa graded
bedding oleh arus turbid juga terjadi oleh selain oleh kerja suspensi juga
disebabkan oleh pengaruh arus turbulensi.
Penggolongan Bedding
Menurut Ketebalan (Mc Kee and Weir, 1985)
Ukuran Bedding (cm)
|
Nama Bedding
|
>100
|
very thick bedded
|
30-100
|
thick bedded
|
10-30
|
medium bedded
|
3,0-10
|
thin bedded
|
1,0-3,0
|
very thin bedded
|
0,3-1,0
|
thick laminated
|
<0,3
|
thin laminated
|
b) Masif
Struktur kompak,
consolidated, menyatu
- Kenampakan pada permukaan lapisan
- Ripple mark
Bentuk permukaan yang bergelombang
karena adanya arus
- Flute cast
Bentuk gerusan pada
permukaan lapisan akibat aktivitas arus
- Mud cracks
Bentuk retakan pada lapisan
Lumpur (mud), biasanya berbentuk polygonal.
- Rain marks
Kenampakan pada permukaan
sedimen akibat tetesan air hujan.
4. Struktur yang
terjadi karena deformasi
-
Load cast
Lekukan pada permukaan
lapisan akibat gaya tekan dari beban di atasnya.
-
Convolute structure
Liukan pada batuan sedimen
akibat proses deformasi.
-
Sandstone dike and sill
Karena deformasi pasir
dapat terinjeksi pada lapisan sediment diatasnya.
- Karena proses
biologi
- Jejak (tracks and trail)
Track
: jejak berupa tsapak organisme
Trail
: jejak berupa seretan bagian tubuh organisme
- Galian (burrow)
Adalah lubang atau bahan
galian hasil aktivitas organisme
- Cetakan (cast and mold)
Mold
: cetakan bagian tubuh organisme
Cast
: cetakan dari mold
Struktur
batuan sedimen juga dapat digunakan untukmenentukan bagian atas suatu batuan
sedimen. Penentuan bagian atas dari batuan sedimen sangat penting artinya dalam
menentukan urutan batuan sediment tersebut.
4.Komposisi
Batuan sediment berdasarkan
komposisinya dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu :
- Batuan sediment detritus/klastik
Dapat dibedakan menjadi :
- Detritus halus : batulempung, batulanau.
- Detritus sedang : batupasir (greywock, feldspathic)
- Detritus kasar : breksi dan konglomerat.
Komposisi batuan ini pada
umumnya adalah kwarsa, feldspar, mika,mineral lempung,dsb.
2. Batuan sedimen evaporit
Batuan sedimen ini
terbentuk dari proses evaporasi. Contoh batuannya adalah gips, anhydrite, batu
garam.
3. batuan sedimen batubara
Batuan ini terbentuk dari
material organic yang berasal dari tumbuhan. Untuk batubara dibedakan
berdasarkan kandungan unsure karbon,oksigen, air dan tingkat perkembangannya.
Contohnya lignit, bituminous coal, anthracite.
4. Batuan sedimen silica
Batuan sedimen silica ini
terbentukoleh proses organic dan kimiawi. Contohnya adalah rijang (chert),
radiolarian dan tanah diatomae.
5. Batuan sedimen karbonat
Batuan ini terbentuk baik
oleh proses mekanis, kimiawi, organic. Contoh batuan karbonat adalah
framestone, boundstone, packstone, wackstone dan sebagainya.
Klasifikasi Batuan Sedimen
1.
Klasifikasi Batuan Sedimen Klastik
Klasifikasi
batuan sedimen klastik yang umum digunakan adalah berdasarkan ukuran butirnya
(menurut ukuran butir dari Wenworth),
namun akan lebih baik lagi ditambahin mengenai hal-hal lain yang dapat
memperjelas keterangan mengenai batuan sedimen yang dimaksud seperti komposisi
dan strukturalnya. Misalnya batupasir silang siur, batulempung kerikil,
batupasir kwarsa.
Ada klasifikasi lain yang
juga dapat digunakan yaitu end members
classification, klasifikasi ini dibuat berdasarkan komposisi atau ukuran
butir. Penyusun batuan sedimen yang sudah ditentukan lebih dahulu.
Batupasir
kwarsa
- Komposisi didominasi oleh pasir kwarsa dengan demikian berarti transportasinya lebih jauh.
- Sedikit mengandung chert (rijang)
- Semennya adalh karbonat dan silica.
- Kemungkinan mengandung fosil kecil sekali (fosil karbonat), jika ada kemungkinan karena semennya karbonat (gamping)
- Warnanya agak gelap terang, karena kwarsa berwarna putih.
Greywocke
- Istilah pertama digunakan di pegunungan Harz (Jerman)
- Merupakan fragmen batuan (rock fragmen)
- Berumur : devon-karbon atas, juga tersingkap di Skotlandia yang berumur Paleozoikum bawah.
- Dengan adanya rock fragmen ini menyatakan bahwa sedimentasi tak normal (pendek), terjadi di daerah tektonik (dekat continental). Oleh karena pada daerah yang mantap, maka ia akan bersosiasi dengan lava bantal (di laut), batuan erupsi dan rijang (chert) (di darat). Rijang mencerminkan laut dalam,kemungkinan juga terdapat di continental slope besar sekali, yang disebut arus turbbidit.
- Warnanya gelap
- Pemilahannya jelek, karena transportasi pendek.
- Bentuk agakmenyudut, karena transportasi jelek.
- Karena arus turbidit maka struktur yang jelas yaitu graded-bedding
- Pengendapan syngenetis (bersama-sama dengan proses genetika)
Arkone
- Yang dominan adalah feldspar
- Oleh karena yang dominant adalah feldspar maka ia tak tahan lapuk atau tidak stabil
- Ini menunjukkan bahwa batuan ini terjadi pada keadaan transportasi pendek, kesempatan untuk melapuk kecil, iklim erring,relief tajam (pada daerah yang berelief tajam)
- Warnanya terang kemerah-merahan
- Sorting jelek, karena transportasi pendek
- Kebulatan komponen, agak menyudut, karena transportasi pendek.
Konglomerat
Batuan klastik yang
mempunyai fragmen batuan dan matrik,dengan batuan fragmen membundar – sangat
membundar, kerikil, kerakal, dan bongkah dapat terdiri bermacam batuan tetapi,
kebanyakan biasanya kaya akan mineral kwarsa. Biasanya ruang antara kerikil
dengan pasir tersementasi dengan silica, lempung, limonite atau kalsit.
Breccia
(breksi)
Adalah jenis batuan sedimen
klastik yang menyerupai konglomerat, tetapi kebanyakan fragmen batuannya
berbentuk angular sampai meruncing-runcing, ukuran umumnya berkisar dari
kerakal sampai berangkal, sering diantara fragmen ini dijumpai ukuran yang
lebih kecil yang disebut matrik, fragmen dan matrikpenyusun breksi ini terikat
dengan semen yang berupa material karbonatan atau lempungan, dari bentuk
fragmen yang meruncing, dapat ditafsirkan bahwa breksi ini diendapkan dengan
sumbernya, sehingga tidak terpengaruh suara fisik oleh jarak transportasi
hingga ingin mencapai cekungan sedimen ukuran material penyusun breksi lebih
besar dari 2 mm.
Batupasir
Batuan sediment klastik
yang terdiri dari semen berukuran pasir, massa pasir ini umumnya adalah mineral
silika, feldspar atau pasir karbonat, sedang material pengikat atau semen
berupabesi oksida, silika lempung atau kalsium karbonat. Dengan adanya
perubahan yang besar dalam ukuran butirnya, maka dapt dibedakan ukurannya dari
batupasir kasar sampai batulanau. Pada beberapa batuan, dijumpai ukuran butir
yang beragam; jadi dapat dikatakan batupasir konglomerat atau batulanau
pasiran. Warna pada batupasir, terbentuk sebagian besar oleh variasi butirnya.
Arkose
Adalah jenis dari batupasir
dengan jumlah butiran feldspar yang lebih banyak. Kalau komposisi batuan ini
terdiri dari kwarsa dan feldspar dapat diikatakan granit, jadi kemungkinan
adanya kesalahan tentang arkose sangat kecil. Pada arkose butirnya tidak saling
mengunci, butiran membulat dan dipisahkan dengan material semen dengan butiran
yang halus.
Batulempung
(dapat disebut serpih)
Adalah batuan sediment
klastik yang terbentuk dari hasil pengompakan lempung dan lanau, ukuran
butirnya halus sehingga batuannya terlihat homogen. Batulempung adalah halus
dan umumnya terasa lembut, tetapi beberapa pasir halus atau lanau kasar mungkin
membuat terasa griity.
Batulempung umumnya
dijumpai pelapisan sedimen. Batuan yang komposisinya sama tetapi mempunyai
ketebalan dan lapisan yang berbentuk blok dapat disebut batulumpur, warna dari
batulempung dan batulumpur antara ungu, hijau,merah,dan cokelat.
Beberapalapisan yang banyak mengndung karbon berwarna hitam.
Batugamping
Yang mungkin saja termasuk
kedalam batuan sediment klastik atau kimiawi, umumnya terdiri dari
kalsit,beberapa mempunyai imparities atau variasi bagus bahkan keduanya dalam
penampakkannya. Beberapa betugamping yang berbentuk butiran halus mungkin
terbentuk secara presipitasi kimia dengan batuan banyak atu sedikit organisme
kecil, beberapa sedimen pada dasar laut kemungkinan tersingkap di lapisan awal
pada formasi batugamping ukuran halus.
Dolostone
Seperti batugamping, juga merupakan batuan
sedimen klastik ataun kimiawi yang umumnya tersusun oleh mineral dolomite,
CuMg(CO3)2. dolomite kelihatan seperti kalsit,oleh karena
itu mengapa dolomite dapat dikatakan sebagai batugamping.
Contoh
batuan sedimen
C.
BATUAN METAMORF
Merupakan batuan yang mengalami perubahan karena
pengaruh bertambahnya tekanan dan temperatur. Stuktur, tekstur dan komposisi
batuan asal berubah menjadi batuan baru (batuan metamorfik), demikian juga
mineraloginya, perubahan ini terjadi langsung dari fase padat tanpa melalui
fase cair.
Berdasarkan
strukturnya, batuan metamorf dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
- Foliasi/banded
- Non foliasi
TEKSTUR
BATUAN METAMORF
} Kristaloblastik
Tekstur yang terjadi pada saat
tumbuhnya mineral dalam suasana padat (tekstur batuan asalnya tidak tampak
lagi).
} Palimsest (tekstur sisa)
STRUTUR
BATUAN METAMORF
Secara:
} Foliasi : mempunyai kenampakan seperti perlapisan akibat
adanya penjajaran mineral
- Slatycleavage
- Philithic
- Schistose
- Gneissic
} Non foliasi : tidak nampak adanya penjajaran mineral
- Hornfelsik
- Kataklastik
- Milonitik
Komposisi
Mineral Batuan Metamorf
- Mineral stress
Mineral yang terbentuk dan stabil
dalam kondisi P & T. Mineral dapat berbentuk pipih, tabular atau prismatic.
Contoh : mika, termolit, aktinolit, hornblende.
- Mineral anti stress
Mineral yang terbentuk bukan dalam
kondisi P dan biasanya berbentuk equidimensional. Contoh : kuarsa, kalsit,
feldspar.
Contoh
Batuan Metamorf
SIFAT FISIK BATUAN DAN SIFAT MEKANIK BATUAN
Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang
perlu diketahui, dalam mekanika
batuan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
;
a. Sifat fisik batuan seperti bobot isi ”Spesific
Gravity” porositas dan absorbsi ”Void Ratio”.
b. Sifat mekanika batuan seperti kuat tekan,
kuat tarik, modulus elastisitas, ” Poisson `s Ratio”.
Kedua sifat tersebut dapat ditentukan, pada
umumnya ditentukan terhadap sampel yang diambil dari lapangan. Satu persatu
dapat digunakan untuk menentukan kedua sifat batuan. Pertama-tama adalah
penetuan sifak fisik batuan yang merupakan pengujian tanpa merusak (Non
Destructive Test), kemudian dilanjutkan dengan penentuan sifat mekanik batuan
yang merupakan pengujian merusak (Destructive Test) sehingga contoh fasture
(hancur).
Sifat
Fisik dan Sifat Mekanik Batuan
•Sifat
Fisik batuan , misalnya : Berat
isi ; Specific Gravity , Porositas , Absorbsi , Void ratio.
•Sifat
Mekanik Batuan misalnya : Kuat tekan , Kuat tarik , Modulus elastisitas,
Poisons ratio.
Kedua
sifat tersebut dapat ditentukan di laboratorium , maupun dilapangan (
insitu-test )
Berikut adalah sifat Fisik
Batuan :
1.Bobot
isi asli ( Natural Density ) = Wn / ( Ww – Ws )
2.Bobot
isi kering ( dry density ) = Wo / ( Ww – Ws )
3.Bobot
isi jenuh ( saturated density ) = Ws / ( Ww – Ws )
4.Apparent
Specific gravity = (Bobot isi kering / bobot isi air )
5.True
Specific gravity = [ Wo / (Wo-Ws) ] / bobot isi air
6.Kadar
air asli = [ (Wn-Wo) / Wo ] x 100 %
7.Derajat
Kejenuhan = {(Wn-Wo) / (Ww-Wo)} x 100 %
8.Porositas
n = { (Ww-Wo) / (Ww-Ws) } x 100 %
9.Void
Ratio : e = n / ( 1 – n )
A. SIFAT FISIK BATUAN
1.Porositas
Porositas
didefinisikan sebagai perbandingan volume pori-pori (yaitu volume yang
ditempati oleh fluida) terhadap volume total batuan. Ada dua jenis porositas
yaitu porositas antar butir dan porositas rekahan. Secara matematis porositas
dapat dituliskan sebagai berikut:
Sebagai contoh, apabila batuan mempunyai
media berpori dengan volume 0,001 m3, dan media berpori tersebut
dapat terisi air sebanyak 0,00023 m3, maka porositasnya adalah:
Pada kenyataannya, porositas di dalam suatu
sistem panas bumi sangat bervariasi. Contohnya didalam sistem reservoir rekah
alami, porositas berkisar sedikit lebih besar dari nol, akan tetapi dapat
berharga sama dengan satu (1) pada rekahannya. Pada umumnya porositas rata-rata
dari suatu sistem media berpori berharga antara 5 – 30%.
Berdasarkan asal usulnya
porositas dibagi menjadi 2, yaitu :
v
Original (Primary) Porosity
Porositas yang terbentuk
ketika proses pengendapan batuan (deposisi) tanpa ada faktor lain. Pada umumnya
terjadi pada porositas antar butiran pada batupasir, antar Kristal pada batukapur,
atau porositas oolitic pada batukapur.
v
Induced (Secondary)
Porosity
Porositas yang terbentuk
ketika proses pengendapan batuan (deposisi) tanpa ada faktor lain. Pada umumnya
terjadi pada porositas antar butiran pada batupasir, antar Kristal pada batukapur,
atau porositas oolitic pada batukapur.
Berdasarkan waktu dan cara
terjadinya, maka porositas dapat juga diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
·
Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu
yang bersamaan dengan proses pengendapan berlangsung.
·
Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk
setelah proses pengendapan.
Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu ukuran butir,susunan butir, sudut kemiringan dan komposisi mineral
pembentuk batuan. Untuk pegangan dilapangan, ukuran porositas dapat
dilihat pada Tabel 1. berikut :
Porositas (%)
|
Kualitas
|
0-5
|
Dianggap jelek sekali
|
5-10
|
Dianggap jelek
|
10-15
|
Dianggap sedang
|
15-20
|
Dianggap baik
|
Diatas 20
|
Sangat baik
|
Faktor Yang Mempengaruhi
Porositas
v
Susunan Batuan
Pemeriksaan porositas batuan salah satunya
dengan melihat porositas gabungan batuan. Dalam memperkirakan nilai porositas,
Slichter dan kemudian Graton dan Fraser menghitung porositas berbagai susunan
batuan serupa. Porositas dengan susunan kubik atau biasa disebut cubic packing
(agak kompak) adalah 47.6 %, sedangkan rombohedral (seperti belah ketupat,
lebih kompak) adalah 25,96 %.
v
Distribusi Batuan
Kita
tahu bahwa di alam, batuan terdiri dari berbagai jenis dan ukuran yang tidak
hanya menyebabkan perbedaan susunannya saja tapi juga angularity dan distribusi
dari berbagai ukuran partikel akan mempengaruhi nilai porositas batuan.
Distribusi
suatu batuan berhubungan erat dengan komposisi butiran dari batuan tersebut.
Batuan dengan satu jenis unsur penyusun bisa memiliki porositas yang lebih
besar daripada porositas batuan yang terdiri dari berbagai macam unsur
penyusun. Misalnya saja batupasir dapat tersusun dari butiran kuarsa,
feldspar, limestone, fossil, dan chert. Keberagaman penyusun batuan ini sangat
mempengaruhi besarnya porositas dari suatu batuan karena bentuk dan ukuran dari
masing-masing penyusun yang berbeda. Jelas akan sangat berbeda perhitungannya
dengan ukuran partikel yang seragam.
Semakin
besar ukuran butiran, semakin besar ruang kosong yang akan diisi dengan batu
lempung atau partikel-partikel lebih kecil dan materi semen. Semakin
banyak partikel kecil yang masuk, mengurangi jumlah pori-pori batuan. Seperti
contoh hasil pengayakan antara batupasir (a) dengan batupasir serpihan (b).
v
Sementasi
Sementasi
juga merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi porositas.
Material semen juga perlu diperhatikan karena semen akan menyegel batuan
sehingga fluida tidak dapat mengalir. Jika suatu batuan tersementasi dengan
baik, maka kemungkinan besar akan terdapat banyak pori yang tidak berhubungan.
Hal ini dapat menyebabkan porositas efektif dari batuan itu menjadi kecil,
sebaliknya jika suatu batuan tidak tersementasi dengan baik, kemungkinan besar
semakin banyak pori yang terhubungkan, sehingga harga porositas efektif semakin
besar.
v
Kompaksi
Kompaksi
dapat mempengaruhi harga dari porositas. Semakin dalam posisi batuan dari permukaan,
beban yang diterima semakin besar. Tekanan yang disebabkan oleh akumulasi beban
batuan yang berada di atasnya disebut tekanan overburden. Jika suatu batuan
terkompaksi dengan baik artinya semakin dalam dari permukaan, pori-pori
dari batuan itu akan semakin kecil karena butiran penyusun semakin merapat,
contohnya pada rhombohedral packing. Begitu pula sebaliknya, jika
kompaksi semakin rendah maka presentasi pori akan semakin besar, contohnya saja
pada cubic packing.
v
Angularitas
Jika derajat angularitas
butiran penyusun batuan semakin besar (semakin jauh dari kebundaran/roundness),
bentuk butirannya akan semakin menyudut. Hal ini akan menyebabkan daerah sentuh
antar butiran yang satu dengan yang lainnya akan semakin besar jika
dibandingkan dengan bidang sentuh antar butiran yang roundness-nya tinggi
(daerah sentuhnya kecil). Sehingga, mengakibatkan ruang yang dapat ditempati
fluida akan semakin berkurang dan porositasnya menurun.
2.Kecepatan Aliran Fluida
Kecepatan aliran darcy atau
flux velocity (v) adalah laju
alir rata-rata volume flux per satuan luas penampang di media berpori.
Sedangkan kecepatan rata-rata fluida yang melalui media berpori dikenal sebagai
interstitial velocity (u).
Hubungan antara kedua parameter kecepatan tersebut adalah sebagai berikut:
Harga flux velocity pada umumnya sekitar 10-6
m/s. Besarnya interstitial velocity digunakan untuk kecepatan suatu partikel
(partikel kimia penjejak atau tracer)
yang mengalir pada media berpori.
3.Permeabilitas
Permeabilitas adalah
parameter yang memvisualisasikan kemudahan suatu fluida untuk mengalir pada
media berpori. Apabila media berporinya tidak saling berhubungan maka batuan tersebut tidak mempunyai
permeabilitas. Oleh karena itu ada hubungan antara permeabilitas
batuan dengan porositas efektif.
Parameter ini dihubungkan dengan kecepatan alir fluida oleh hukum Darcy seperti
di bawah ini
Keterangan: Q =
laju alir fluida, cc/det
k = permeabilitas, darcy
μ = viskositas, cp
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
A = luas penampang, cm2
Tanda negatif dalam persamaan di atas
menunjukkan bahwa apabila tekanan bertambah dalam satu arah, maka arah
alirannya berlawanan arah dengan pertambahan tekanan tersebut. Dari persamaan
(2.3) dapat dinyatakan bahwa kecepatan alir fluida (kecepatan flux) berbanding
lurus dengan k/m, dimana didalam teknik perminyakan, k/m dikenal sebagai mobility ratio.
Permeabilitas mempunyai
arah, dimana ke arah x dan y biasanya mempunyai permeabilitas lebih besar dari
pada ke arah z. Sistem ini disebut anisotropic.
Apabila permeabilitas tersebut seragam ke
arah horizontal maupun vertikal disebut sistem isotropik.
Satuan permeabilitas adalah
m2. Pada umumnya pada reservoir panasbumi, permeabilitas vertikal
berkisar antara 10-14 m2, dengan permeabilitas horizontal
dapat mencapai 10 kali lebih besar dari permeabilitas vertikalnya (sekitar 10-13
m2). Satuan permeabilitas yang umum digunakan didunia perminyakan
adalah Darcy (1 Darcy = 10-12 m2).
4.Densitas Batuan
Densitas batuan dari batuan
berpori adalah perbandingan antara berat terhadap volume (rata-rata dari
material tersebut). Densitas spesifik adalah perbandingan antara densitas
material tersebut terhadap densitas air pada tekanan dan temperatur yang
normal, yaitu kurang lebih 103 kg/m3.
5. Massa
Jenis
Massa jenis adalah
pengukuran massa setiap satuan volume benda.Semakin tinggi massa jenis suatu
benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata
setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda
yang memiliki massa jenis lebih tinggi(misalnya besi) akan memiliki volume yang
lebih rendah daripada bendabermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah
(misalnya air).Satuan SImassa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg·m-3).
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massajenis yang
berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akanmemiliki massa
jenis yang sama.
Rumus untuk menentukan massa jenis
adalah
B. SIFAT
MEKANIK BATUAN
Selain daripada sifat-sifat fisik dari batuan terdapat sifat-sifat
mekanik batuan yang berpengaruh pula dalam penembusan batuan. Sifat-sifat
mekanik tersebut meliputi : strength batuan, drillabilitas batuan, hardness
batuan, abrasivitas batuan, tekanan batuan dan elastisitas batuan.
1. Strenght batuan
Strength pada batuan adalah
kemampuan batuan untuk mengikat komponen-komponennya bersama-sama. Jadi dengan
kata lain apabila suatu batuan diberikan tekanan yang lebih besar dari kekuatan
batuan tersebut, maka komponen-komponennya akan terpisah-pisah atau dapat
dikatakan hancur. Lebih lanjut lagi, kriteria kehancuran batuan diakibatkan
oleh adanya : Stress (tegangan) dan Strain (regangan). Tegangan dan regangan
ini terjadi apabila ada suatu gaya yang dikenakan pada batuan tersebut.
2.Drillabilitas
Drillabilitas batuan (rock
drillability) merupakan ukuran kemudahan batuan untuk dibor, yang dinyatakan
dalam satuan besarnya volume batuan yang bisa dibor pada setiap unit energi
yang diberikan pada batuan tersebut. Drillabilitas batuan dapat ditentukan
melalui data pemboran (drilling record).
Selanjutnya dengan
pengembangan model pemboran, drillabilitas batuan dapat ditentukan dengan
menggunakan roller cone bit.
3.Hardnes
Hardness atau kekerasan
dari batuan, merupakan ketahanan mineral batuan terhadap goresan.
4.Abrasivitas
Merupakan sifat menggores
dan mengikis dari batuan, sehingga sering menyebabkan keausan pada gigi pahat
dan diameter pahat. Setiap batuan mempunyai sifat abrasivitas yang berbeda-beda,
pada umumnya batuan beku mempunyai tingkat abrasivitas sedang sampai tinggi,
batu pasir lebih abrasif daripada shale, serta limestone lebih abrasif dari
batu pasir atau shale. Ukuran dan bentuk dari partikel batuan menyebabkan
berbagai tipe keausan, seperti juga torsi dan daya tekan pada pahat.
5.Tekanan
pada batuan
Merupakan tekanan-tekanan
yang bekerja pada batuan formasi. Tekanan-tekanan tersebut harus diperhatikan
dalam kegiatan pemboran. Karena berpengaruh dalam cepat-lambatnya laju
penembusan batuan formasi.
6.Elastisitas
Adalah sifat elastis atau kelenturan
dari suatu batuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar dengan baik dan bijak