BAB 1
PENDAHULUAN
I.
LATAR
BELAKANG
Letak benua di Bumi selalu berubah dari zaman dahulu
hingga sekarang. Sehingga muncul pertanyaan
mengapa dan hal apa yang menyebabkan perubahan atau pergeseran letak
benua. Beberapa ahli mengungkapkan pendapatnya tentang masalah ini.
Teori-teori tentang pergeseran benua ini pun
mulai muncul. Tokoh yang berjasa yang telah menjelaskan fenomena ini adalah
Alfred Wegener, Mc
Kenzie dan Robert Parker. Wegener
mengemukakan sebuah hipotesis tentang Apungan Benua (Hypothesis of
Continental Drift), yang berisi bahwa dulunya ada sebuah
super-kontinen, disebut Pangaea, yang pecah jutaan
tahun yang lalu, kemudian benua-benua pecahannya perlahan bergerak menuju
posisinya saat ini dan masih terus bergerak perlahan. Masyarakat pada waktu itu
pun menerima teori ini. Namun teori ini tidak dapat menjelasakan
mengapa benua-benua tersebut bergerak, sehingga muncullah teori baru
yang di ungkapkan oleh Mc Kenzie dan
Robert Parker. Mc Kenzie dan Robert Parker berpendapat bahwa kulit bumi (kerak bumi) yang disebut litosfer
terdiri dari lempengan yang mengambang di atas lapisan yang lebih padat
yang disebut astenosfer.
BAB 2
PEMBAHASAN
I.
TEORI APUNGAN BENUA
Awal tahun 1900-an, Alfred Wegener (seorang ahli meteorologi
dari Jerman) mengemukakan sebuah hipotesis tentang Apungan Benua (Hypothesis
of Continental Drift), yang berisi bahwa dulunya ada sebuah
super-kontinen, disebut Pangaea, yang pecah jutaan
tahun yang lalu, kemudian benua-benua pecahannya perlahan bergerak menuju
posisinya saat ini dan masih terus bergerak perlahan. Bukti pertama yang
diajukan oleh Wegener adalah adanya kesamaan garis pantai antara Benua Amerika
Selatan dengan Benua Afrika. Apabila kedua benua tersebut disatukan, maka garis
pantainya akan serasi satu sama lain. Kemudian ia juga mengajukan bukti
dokumentasi fosil Mesosaurus yang sejenis dan hanya ditemukan di kedua sisi
benua tersebut. Diyakini bahwa Mesosaurus ini ketika hidupnya tidak akan dapat
melintasi samudera yang luas di antara kedua benua ini. Sisa-sisa organisme
yang ditemukan tampaknya menjadi bukti menyatunya dua benua ini selama Masa
Paleozoikum dan Awal Mesozoikum.
Bukti selanjutnya, jajaran pegunungan yang terpotong oleh
samudera. Gambar 1 samping menunjukkan jajaran pegunungan pada kedua sisi
Samudera Atlantik. Pegunungan Appalachia yang terpotong oleh pantai
Newfoundland serupa dengan jajaran pegunungan di Kepulauan Inggris dan
Scandinavia dalam hal struktur dan juga umurnya.
Bukti terakhir yang diajukan oleh Wegener, untuk mendukung
hipotesisnya, adalah iklim masa lampau (ancient climates). Ketika
benua-benua disusun menjadi satu untuk membentuk Pangaea, sisa dari material
glasial menyatu membentuk pola seperti hamparan es yang menutupi kutub bumi
kita hari ini.(Gambar 2)
Gambar
1 Gambar
2
II.
TEORI TEKTONIK LEMPENG
Teori lempeng tektonik
dikemukakan oleh ahli geofisika Inggris, Mc Kenzie dan Robert
Parker (1967). Kedua ahli itu menjadikan teori-teori sebelumnya
sebagai satu kesatuan konsep yang lebih sempurna sehingga diterima oleh para
ahli geologi. Menurut teori ini kulit bumi (kerak bumi) yang disebut litosfer
terdiri dari lempengan yang mengambang di atas lapisan yang lebih padat
yang disebut astenosfer. Ada dua jenis kerak bumi, yaitu kerak samudra
dan kerak benua. Kerak samudra tersusun atas batuan yang bersifat basa,
sedangkan kerak benua tersusun atas batuan yang bersifat asam.
Kerak bumi menutupi seluruh
permukaan bumi. Namun, akibat adanya aliran panas yang mengalir di astenosfer
menyebabkan kerak bumi pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
Bagian-bagian itulah yang disebut lempeng kerak bumi (lempeng tektonik). Aliran
panas tersebut untuk selanjutnya menjadi sumber kekuatan terjadinya pergerakan
lempeng. Gambar 3.
Lempeng Tektonik
Lempeng tektonik merupakan dasar
dari “terbangunnya” system kejadian gempa bumi, peristiwa gunung berapi,
pemunculan gunung api bawah laut, dan peristiwa geologi lainnya.
Pergerakan lempeng tektonik
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pergerakan lempeng yang saling mendekat,
saling menjauh, dan saling melewati.
a)
Pergerakan
lempeng saling mendekat
Pergerakan lempeng yang saling mendekat
dapat menyebabkan terjadinya tumbukan yang salah satu lempengnya akan menunjam
ke bawah tepi lempeng yang lain. Daerah penunjaman tersebut membentuk palung
yang dalam dan merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Sementara itu di belakang
jalur penunjaman akan terjadi aktivitas vulkanisme dan terbentuknya cekungan
pengendapan. Batas antarlempeng yang saling mendekat hingga mengakibatkan
tumbukan dan salah satu lempengnya menunjam ke bawah lempeng yang lain (subduct)
disebut batas konvergen atau batas lempeng destruktif.
b)
Pergerakan
lempeng saling menjauh
Pergerakan lempeng yang saling menjauh
akan menyebabkan penipisan dan peregangan kerak bumi hingga terjadi aktivitas
keluarnya material baru yang membentuk jalur vulkanisme. Meskipun saling
menjauh, kedua lempeng ini tidak terpisah karena di belakang masing-masing
lempeng terbentuk kerak lempeng yang baru. Proses ini berlangsung secara
kontinu. Batas antarlempeng yang saling menjauh hingga mengakibatkan terjadinya
perluasan punggung samudra disebut batas divergen atau batas lempeng
konstruktif.
c)
Pergerakan
lempeng saling melewati
Pergerakan lempeng yang saling melewati
terjadi karena gerak lempeng sejajar dengan arah yang berlawanan sepanjang
perbatasan antarlempeng. Pada pergerakan ini kedua perbatasan lempeng hanya
bergesekan. Oleh karena itu, tidak terjadi penambahan atau pengurangan luas
permukaan. Namun, gesekan antarlempeng ini kadang-kadang dengan kekuatan dan
tegangan yang besar sehingga dapat menimbulkan gempa yang besar. Batas
antarlempeng yang saling melewati dengan gerakan yang sejajar disebut batas
menggunting (shear boundaries).
Lempeng kerak bumi dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu lempeng mayor / lempeng besar (Lempeng Eurasia,
Lempeng Amerika Utara, Lempeng Amerika Selatan, Lempeng Afrika, Lempeng
Indo-Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Antartika ) dan lempeng minor /
lempeng kecil (Lempeng Filipina, Lempeng Juan de Fuka, Lempeng Lempeng Karibia,
Lempeng Kokos, Lempeng Nazca, Lempeng Skotia dan Lempeng Arabia )
Gempa bumi yang terjadi akibat pergeseran lempeng
tektonik disebut gempa bumi tektonik. Gempa tektonik terjadi di daerah
subduksi, yaitu batas pertemuan lempeng yang bertumbukan. Berlandaskan pada
teori lempeng tektonik, kerak bumi terpecah-pecah menjadi lempengan-lempengan
yang mengapung di atas lapisan yang lebih cair.
Lempeng tektonik
tebalnya dapat mencapai 80 km, tetapi ada juga yang lebih tipis dengan luas
yang beragam. Jika lempeng-lempeng tersebut bergerak saling bertumbukan, maka
akan terjadi penunjaman. Sesuai dengan hukum fisika sederhana, lempengan yang
berat jenis atau massanya lebih besar akan menunjam dan menyusup ke bawah
lempeng yang lebih ringan. Pergerakan lempeng tektonik tersebut sangat lambat,
yaitu antara 1 dan 10 cm per tahun. Namun, pergerakan yang sangat lambat
tersebut ternyata mengumpulkan energi yang sangat kuat secara pelan-pelan di
kedalaman sekitar 80 km. Apabila tekanan dan regangan tumbukan lempeng mencapai
titik jenuh, biasanya akan terjadi gerakan lempeng tektonik secara tiba-tiba.
Gerakan tersebut menimbulkan getaran di muka bumi yang disebut gempa. Jika
lempeng tektonik saling memisah, maka terjadi aktivitas magmatis yang
mengakibatkan penambahan landas samudra. Di daerah pemisahan tersebut terdapat
rekahan-rekahan yang menjadi jalan untuk keluarnya cairan dari dalam bumi. Gambar
4
Gambar
4. Sebaran lempeng tektonik (garis kuning) dan gunung api (segitiga merah) di
dunia
Cairan yang
keluar dari dalam bumi tersebut kemudian mendingin menjadi batuan basalt.
Banyaknya basalt yang terus terbentuk mendorong lempeng tektonik ke arah yang
saling berlawanan. Akibatnya, lempeng tektonik terpisah dengan jarak yang makin
jauh.
Salah satu contoh lempeng yang saling memisah adalah
antara Lempeng Australia dan Antartika. Pada setiap daerah penunjaman,
kira-kira pada kedalaman 150 km, terjadi pelelehan batuan yang disebut
pelelehan sebagian (partial melting). Pelelehan terjadi karena adanya
gesekan batuan dengan massa yang sangat padat dan berat secara terus menerus.
Melalui rekahan atau celah yang ada, lelehan tersebut akan menyusup dan
berusaha menembus kerak bumi.
Jika lelehan tersebut berhasil menembus kerak bumi
berarti di tempat tersbut muncul gunung api. Oleh karena itu, dapat diketahui
bahwa gunung api dapat muncul di daerah terjadinya gesekan lempeng tektonik.
Zona subduksi lempeng tektonik
yang terkenal berada di Sirkum Pasifik. Kawasan ini dikenal dengan sebutan lingkaaran
api Pacific (Ring of Fire) karena di sepanjang kawasan ini muncul
serangkaian gunung api. Lingkaran api Pasifik membentang di antara subduksi dan
pemisahan lempeng Pasifik dengan lempeng-lempeng India-Australia, Eurasia, dan
Amerika Utara, serta tumbukan lempeng Nazca dengan lempeng Amerika Selatan.
Zona lingkaran api Pasifik ini
sangat luas, yaitu membentang mulai dari pantai barat Amerika Selatan,
berlanjut ke pantai barat Amerika Utara, melingkar ke Kanada, semenanjung
Kamchatka, Kepulauan Jepang, Indonesia, Selandia Baru, dan Kepulauan Pasifik
Selatan. Selain menjadi tempat munculnya gunung api, zona subduksi di lingkaran
api Pasifik juga merupakan tempat terjadinya gempa bumi. Menurut United
State Geological Survey (USGS), sekitar 90% gempa bumi di dunia terjadi di
sepanjang jalur lingkaran api Pasifik. Gempa bumi yang terjadi di lingkaran api
Pasifik lebih sering diakibatkan oleh gerakan lempeng tektonik daripada
aktivitas gunung apinya.
makasih gan,.
BalasHapus