A.
TUJUAN
Untuk mengetahui tingkat porositas dari
masing-masing batuan.
B.
LANDASAN
TEORI
SIFAT MEKANIK BATUAN
Selain daripada
sifat-sifat fisik dari batuan terdapat sifat-sifat mekanik batuan yang
berpengaruh pula dalam penembusan batuan. Sifat-sifat mekanik tersebut meliputi
: strength batuan, drillabilitas batuan, hardness batuan, abrasivitas batuan,
tekanan batuan dan elastisitas batuan.
1.
Porositas batuan
2.
Massa Jenis Batuan
3.
Strength batuan
4.
Drillabilitas batuan
5.
Hardness batuan
6.
Abrasivitas batuan
7.
Tekanan batuan
8.
Elastisitas batuan.
1. Porositas
Batuan
Porositas
merupakan hal yang sangat penting untuk mengukur ruang kosong yang tersedia
bagi tempat menyimpan fluida hidrokarbon.
Porositas (Φ) adalah kemampuan
suatu batuan untuk menyimpan fluida.
Porositas
didefinisikan sebagai perbandingan volume pori-pori (yaitu volume yang
ditempati oleh fluida) terhadap volume total batuan. Ada dua jenis porositas
yaitu porositas antar butir dan porositas rekahan. Secara matematis porositas
dapat dituliskan sebagai berikut:
Sebagai contoh, apabila batuan
mempunyai media berpori dengan volume 0,001 m3, dan media berpori
tersebut dapat terisi air sebanyak 0,00023 m3, maka porositasnya
adalah:
Pada
kenyataannya, porositas di dalam suatu sistem panas bumi sangat bervariasi.
Contohnya didalam sistem reservoir rekah alami, porositas berkisar sedikit
lebih besar dari nol, akan tetapi dapat berharga sama dengan satu (1) pada
rekahannya. Pada umumnya porositas rata-rata dari suatu sistem media berpori
berharga antara 5 – 30%.
Berdasarkan asal usulnya porositas dibagi menjadi 2,
yaitu :
v Original
(Primary) Porosity
Porositas yang terbentuk ketika
proses pengendapan batuan (deposisi) tanpa ada faktor lain. Pada umumnya
terjadi pada porositas antar butiran pada batupasir, antar Kristal pada
batukapur, atau porositas oolitic pada batukapur.
v Induced
(Secondary) Porosity
Porositas yang terbentuk ketika
proses pengendapan batuan (deposisi) tanpa ada faktor lain. Pada umumnya
terjadi pada porositas antar butiran pada batupasir, antar Kristal pada
batukapur, atau porositas oolitic pada batukapur.
Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka
porositas dapat juga diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
- Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan dengan proses pengendapan berlangsung.
2. Porositas
sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah proses pengendapan.
Besar
kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir,susunan
butir, sudut kemiringan dan komposisi mineral pembentuk batuan.
Untuk pegangan dilapangan, ukuran porositas dapat dilihat pada Tabel
1. berikut :
Porositas (%)
|
Kualitas
|
0-5
|
Dianggap jelek sekali
|
5-10
|
Dianggap jelek
|
10-15
|
Dianggap sedang
|
15-20
|
Dianggap baik
|
Diatas 20
|
Sangat baik
|
Faktor Yang Mempengaruhi Porositas
v Susunan
Batuan
Pemeriksaan porositas batuan salah
satunya dengan melihat porositas gabungan batuan. Dalam memperkirakan nilai
porositas, Slichter dan kemudian Graton dan Fraser menghitung porositas
berbagai susunan batuan serupa. Porositas dengan susunan kubik atau biasa
disebut cubic packing (agak kompak) adalah 47.6 %, sedangkan rombohedral
(seperti belah ketupat, lebih kompak) adalah 25,96 %.
v Distribusi
Batuan
Kita
tahu bahwa di alam, batuan terdiri dari berbagai jenis dan ukuran yang tidak
hanya menyebabkan perbedaan susunannya saja tapi juga angularity dan distribusi
dari berbagai ukuran partikel akan mempengaruhi nilai porositas batuan.
Distribusi suatu batuan berhubungan
erat dengan komposisi butiran dari batuan tersebut. Batuan dengan satu jenis
unsur penyusun bisa memiliki porositas yang lebih besar daripada porositas
batuan yang terdiri dari berbagai macam unsur penyusun. Misalnya saja
batupasir dapat tersusun dari butiran kuarsa, feldspar, limestone, fossil, dan
chert. Keberagaman penyusun batuan ini sangat mempengaruhi besarnya porositas
dari suatu batuan karena bentuk dan ukuran dari masing-masing penyusun yang
berbeda. Jelas akan sangat berbeda perhitungannya dengan ukuran partikel yang
seragam.
Semakin
besar ukuran butiran, semakin besar ruang kosong yang akan diisi dengan batu
lempung atau partikel-partikel lebih kecil dan materi semen. Semakin
banyak partikel kecil yang masuk, mengurangi jumlah pori-pori batuan. Seperti
contoh hasil pengayakan antara batupasir (a) dengan batupasir serpihan (b).
Distribusi ukuran batuan dapat
dilihat dari skewness (kecondongan). Eksperimen yang dilakukan oleh Tickell di
pasir Ottawa menunjukkan bahwa porositas adalah fungsi dari skewness distribusi
ukuran batuan. Secara umum, semakin kecil butiran dan semakin besar angularity
maka porositas semakin besar. Semakin besar ukuran butiran maka semakin kecil
porositas.
Material semen juga perlu diperhatikan karena semen
akan menyegel batuan sehingga fluida tidak dapat mengalir.
v Sementasi
Sementasi juga merupakan salah satu
faktor penting yang dapat mempengaruhi porositas. Material semen juga perlu
diperhatikan karena semen akan menyegel batuan sehingga fluida tidak dapat
mengalir. Jika suatu batuan tersementasi dengan baik, maka kemungkinan besar
akan terdapat banyak pori yang tidak berhubungan. Hal ini dapat menyebabkan
porositas efektif dari batuan itu menjadi kecil, sebaliknya jika suatu batuan
tidak tersementasi dengan baik, kemungkinan besar semakin banyak pori yang
terhubungkan, sehingga harga porositas efektif semakin besar.
v Kompaksi
Kompaksi dapat mempengaruhi harga
dari porositas. Semakin dalam posisi batuan dari permukaan, beban yang diterima
semakin besar. Tekanan yang disebabkan oleh akumulasi beban batuan yang berada
di atasnya disebut tekanan overburden. Jika suatu batuan terkompaksi dengan
baik artinya semakin dalam dari permukaan, pori-pori dari batuan itu akan
semakin kecil karena butiran penyusun semakin merapat, contohnya pada rhombohedral
packing. Begitu pula sebaliknya, jika kompaksi semakin rendah maka
presentasi pori akan semakin besar, contohnya saja pada cubic packing.
v Angularitas
Jika
derajat angularitas butiran penyusun batuan semakin besar (semakin jauh dari
kebundaran/roundness), bentuk butirannya akan semakin menyudut. Hal ini akan
menyebabkan daerah sentuh antar butiran yang satu dengan yang lainnya akan
semakin besar jika dibandingkan dengan bidang sentuh antar butiran yang
roundness-nya tinggi (daerah sentuhnya kecil). Sehingga, mengakibatkan ruang
yang dapat ditempati fluida akan semakin berkurang dan porositasnya menurun.
2.
Massa
Jenis Batuan
Massa jenis adalah pengukuran massa
setiap satuan volume benda.Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin
besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan
total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa
jenis lebih tinggi(misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah
daripada bendabermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya
air).Satuan SImassa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg·m-3). Massa jenis
berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massajenis yang berbeda.
Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akanmemiliki massa jenis
yang sama.
3.
Strength
Batuan
Strength pada batuan adalah
kemampuan batuan untuk mengikat komponen-komponennya bersama-sama. Jadi dengan
kata lain apabila suatu batuan diberikan tekanan yang lebih besar dari kekuatan
batuan tersebut, maka komponen-komponennya akan terpisah-pisah atau dapat
dikatakan hancur. Lebih lanjut lagi, kriteria kehancuran batuan diakibatkan
oleh adanya : Stress (tegangan) dan Strain (regangan). Tegangan dan regangan
ini terjadi apabila ada suatu gaya yang dikenakan pada batuan tersebut.
4.
Drillabilitas
Drillabilitas batuan (rock
drillability) merupakan ukuran kemudahan batuan untuk dibor, yang dinyatakan dalam
satuan besarnya volume batuan yang bisa dibor pada setiap unit energi yang
diberikan pada batuan tersebut. Drillabilitas batuan dapat ditentukan melalui
data pemboran (drilling record).
Selanjutnya dengan pengembangan
model pemboran, drillabilitas batuan dapat ditentukan dengan menggunakan roller
cone bit.
5.
Hardness
Hardness atau kekerasan dari
batuan, merupakan ketahanan mineral batuan terhadap goresan.
6.
Abrasivitas
Merupakan sifat menggores dan
mengikis dari batuan, sehingga sering menyebabkan keausan pada gigi pahat dan
diameter pahat. Setiap batuan mempunyai sifat abrasivitas yang berbeda-beda,
pada umumnya batuan beku mempunyai tingkat abrasivitas sedang sampai tinggi,
batu pasir lebih abrasif daripada shale, serta limestone lebih abrasif dari batu
pasir atau shale. Ukuran dan bentuk dari partikel batuan menyebabkan berbagai
tipe keausan, seperti juga torsi dan daya tekan pada pahat.
7.
Tekanan
pada Batuan
Merupakan tekanan-tekanan yang
bekerja pada batuan formasi. Tekanan-tekanan tersebut harus diperhatikan dalam
kegiatan pemboran. Karena berpengaruh dalam cepat-lambatnya laju penembusan
batuan formasi.
8.
Elastisitas
Adalah sifat elastis atau kelenturan dari suatu
batuan.
C.
ALAT
DAN BAHAN
1.
Batu beku dan sedimen
2.
Gelas ukur
3.
Microwave
4.
Timbangan
5.
Pemotong batu
D.
LANGKAH-LANGKAH
PERCOBAAN
1. Menimbang
batu pada keadaan awal (massa normal).
2. Memasukkan
batu ke dalam gelas ukur,di rendam dalam air selama satu malam.
3. Menimbang
massa basahnya.
4. Memanaskan
batu ke dalam microwave dengan suhu 90 oC selama 30 menit.
5. Kemudian,
menimbang batu lagi (massa kering).
E.
DATA
PENGAMATAN
No
|
Jenis
Batuan
|
Massa
normal(gram)
|
Volume (cm3)
|
Massa jenis(g/cm3)
|
Massa
kering(gram)
|
Massa basah(gram)
|
Porositas
|
1
|
Sedimen
|
93,17
|
42
|
2,25
|
90,7
|
94,7
|
4,22 %
|
2
|
Sedimen
|
76,39
|
29
|
2,65
|
75,59
|
76,87
|
1,66 %
|
3
|
Beku
|
57,34
|
31
|
1,95
|
56,91
|
60,55
|
6,01 %
|
4
|
Beku
|
84,58
|
33
|
2,59
|
84,38
|
85,75
|
1,6 %
|
5
|
Beku
|
97,56
|
45
|
2,22
|
97
|
99,77
|
2,77 %
|
F.
ANALISIS
DATA
1.
Sedimen
2.
Sedimen
3. Beku
4.
Beku
5. Beku
G.
PEMBAHASAN
Pada sifat mekanik ini, kami
mengukur tingkat porositas batuan. Porositas sendiri merupakan tingkat
penyerapan fluida pada batu. Pada percobaan ini, kami menggunakan jenis batu
yang berbeda-beda. Batu yang kami gunakan adalah batu batuan beku dan sedimen.
Hal pertama yang dilakukan adalah
mengukur massa masing-masing batu dengan keadaan yang berbeda(biasa, kering,
basah). Setelah didapatkan massanya, kita dapat menghitung massa jenis dari
masing-masing batuan. Massa jenisnya dihitung menggunakan persamaan:
Porosita batuan sendiri dapat dicari menggunakan
persamaan:
Dari persamaan diatas telah didapatkan nilai
porositas untuk masing-masing batuan.
·
Batuan sedimen : 4,22%
·
Batuan sedimen : 1,66%
·
Batuan beku : 6,01%
·
Batuan beku : 1,6%
·
Batuan beku : 2,77%
Dari hasil diatas terlihat batuan
yang memiliki porositas paling tinggi, yaitu batuan beku. Secara umum batuan
beku memiliki struktur bahan penyusun yang lebih rapat dibandingkan dengan
batuan sedimen sehingga mempunyai nilai porositas yang lebih rendah. Namun
dalam praktikum ini digunakan batuan beku yang memiliki pori yang cukup besar
dan banyak sehingga nilai porositasnya lebih tinggi.
Sementara nilai porositas batuan
sedimen relative lebih besar karena senyawa penyusunnya tersusun kurang rapat. Namun
pada percobaan kali ini jenis batuan sedimen yang digunakan mempunyai senyawa
penyusun yang lebih rapat dibandingkan dengan batuan beku yang digunakan pada
percobaan ini, Sehingga didapatkan data yang menyatakan bahwa batu beku
mempunyai porositas yang lebih besar dari pada batu sedimen.
H.
KESIMPULAN
1. Semakin
rapat tingkat struktur batuan maka porositasnya akan semakin kecil.
2. Porositas
dari batuan dapat dicari menggunakan persamaan :
3. Dari
percobaan yang telah dilakuka, batuan
yang memiliki porositas tertinggi adalah batuan baku (6,01%).
kok tidak ada persaaannya ya? untuk menghitung pori dan massa nya
BalasHapusmaaf,persamaannya ternyata gak muncul...
BalasHapusuntuk menghitung porositas, batuan direndam di dalam air hingga jenuh..persamaannya {(massa basah-massa kering)/massa basah}x100%...semoga bermanfaat
maaf mas, bukannya persamaan porositasnya dibagi massa kering ya?
Hapus{(massa baah - massa kering)/(massa kering)} x 100%
maaf mas mau nanya, apakah semua batuan memiliki porositas ?
BalasHapus